Peluang Kebangkitan Ekonomi Syariah di Kabupaten Bireuen

Anwar, S,Ag, M,A,P (Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten Bireuen)



Di tengah ketegangan global akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, dunia kini dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi yang berlarut-larut. Inflasi tinggi, fluktuasi nilai tukar, serta krisis rantai pasok global menjadi kenyataan yang memaksa banyak negara untuk menata ulang strategi ekonominya. 


Negara-negara dengan ekonomi besar kini berlomba mencari model yang lebih tangguh dan berkeadilan. Sistem ekonomi global yang dibangun selama ini sangat rapuh dan kebijakannya sangat dipengaruhi oleh keinginan negara adidaya Amerika Serikat serta terus mendekte negara-negara berkembang. Di sinilah ekonomi syariah muncul sebagai alternatif yang kian relevan. 


Aceh bukan entitas yang terisolasi dari dunia. Ketergantungan terhadap barang impor, fluktuasi harga bahan baku dan melemahnya daya beli masyarakat akibat inflasi nasional yang dipicu krisis global secara langsung mempengaruhi perekonomian rakyat. Kabupaten Bireuen, sebagai salah satu pusat ekonomi dan pendidikan Islam di Aceh, juga menghadapi tantangan serupa.


Namun, dalam setiap krisis selalu ada peluang. Gejolak ekonomi global membuka kesadaran baru bahwa sistem ekonomi kapitalis yang berorientasi profit semata bukanlah jawaban tunggal. Nilai-nilai seperti keadilan, keberkahan dan keseimbangan dalam transaksi ekonomi menjadi semakin relevan. Dan ini adalah prinsip inti dalam ekonomi syariah.


Ekonomi syariah bukan sekadar sistem tanpa bunga (riba) atau sekadar label "halal". Ia adalah sistem nilai yang menyatu antara etika, keseimbangan sosial dan keberlanjutan. Di Bireuen, prinsip ini sudah lama tertanam dalam tradisi masyarakat. Sistem peusijuek tempat usaha, meuripee dan gotong royong dalam kehidupan sosial adalah cerminan dari ekonomi berbasis nilai Islam.


Kini, tantangannya adalah bagaimana mentransformasi nilai-nilai lokal ini ke dalam model ekonomi modern yang tangguh, produktif dan mampu bersaing di tengah ketatnya arus globalisasi. Kabupaten Bireuen sebagai daerah yang dikenal dengan julukan “Kota Santri,” menyimpan potensi besar dalam pengembangan ekonomi syariah. Jaringan dayah yang kuat, semangat keagamaan masyarakat yang tinggi, serta geliat UMKM yang mulai berkembang menjadi modal awal yang menjanjikan.


Beberapa langkah awal telah terlihat, munculnya koperasi dayah, pengelolaan zakat dan wakaf oleh Baitul Mal, serta peningkatan peran perempuan dalam usaha rumahan berbasis syariah. Kedepan juga akan lahir koperasi merah putih di gampong-gampong. Namun semua itu masih berjalan sendiri-sendiri, belum menjadi sistem yang terintegrasi.


Perlu ada roadmap yang jelas, bagaimana Bireuen bisa menjadi model pengembangan ekonomi syariah berbasis dayah, berbasis gampong dan berbasis keuangan Islam yang profesional. Sinergi antara pemerintah daerah, akademisi, ulama dan dunia usaha menjadi kunci utama.


Tantangan serius bagi Kabupaten Bireuen dalam menghadapi tekanan ekonomi global dan membangun ekonomi syariah diantaranya banyak pelaku usaha belum memahami prinsip dasar syariah dalam bisnis. Mereka masih terjebak dalam sistem konvensional karena kurangnya edukasi. 


Beberapa kebijakan sebelumnya hanya bersifat simbolik dan belum menyentuh aspek teknis seperti insentif bagi usaha syariah, kemudahan pembiayaan syariah dan pelatihan berkelanjutan. Dunia kampus juga belum optimal dalam melakukan riset-riset praktis yang bisa menjadi rujukan kebijakan. Baitul Mal, BPRS, koperasi, dayah dan Dinas terkait masih berjalan parsial. 


Kabupaten Bireuen sebenarnya tidak perlu meniru sepenuhnya model ekonomi syariah ala Timur Tengah atau Malaysia. Bireuen punya warisan sendiri yang bisa dirumuskan menjadi sistem yang otentik. Model “ekonomi gampong berbasis syariah”, “dayah sebagai pusat kewirausahaan Islami”, perlu juga kajian “Zakat Produktif” menjadi inovasi lokal yang membawa dampak nasional.


Di saat dunia Islam sedang mencari arah ekonomi baru, Kabupaten Bireuen berpeluang mengambil peran sebagai laboratorium ekonomi syariah berbasis nilai dan budaya lokal. Bireuen, dengan segala potensinya, bisa menjadi episentrum kebangkitan ekonomi umat yang tidak hanya tahan terhadap gejolak global, tetapi juga menjadi inspirasi bagi dunia Islam yang lebih luas.


Yang diperlukan sekarang adalah pemimpin-pemimpin visioner di sektor publik dan keagamaan, yang mampu melihat peluang dalam krisis dan menggerakkan kolaborasi lintas sektoral. Masyarakat Bireuen tentunya sangat berharap Pemerintah Daerah dapat menggerakkan stakeholder terkait menuju masa depan ekonomi syariah di Bireuen yang lebih baik.


Ketika Barat sedang sibuk membenahi sistemnya yang goyah, dunia Islam harus berani menawarkan jalan baru. Dan jalan itu bisa saja dimulai dari sebuah gampong kecil di Bireuen, dari warung kopi, dari dayah, dari Baitul Mal yang sedang berbenah dan dari tangan-tangan masyarakat yang bertekad bangkit dengan nilai dan semangat syariah.


Banda Aceh, 23 April 2025


Penulis Anwar, S,Ag, M,A,P (Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten Bireuen)